Senjaku ditemani aksara tanpa suara
Bising tiada henti seolah tidak akan mati di makan usia
Menemani diri yang letih dan butuh sebuah sandaran untuk terus ada
Sendiri ku terduduk, mencoba menghapus kesedihan dalam hati
Di temani ramai kendaraan yang bahkan tidak dapat mengalahkan keramaian pikiranku
Bersama suara air yang mengalir dari air mancur yang mungkin telah lelah untuk bertahan
Tapi aku hanya diam memandangi kehidupan dunia ini
Di bawah lampu jalanan berwarna kuning, yang bisa-bisanya menghangatkan jiwa yang resah ini
Di atas kursi besi yang mulai dingin di makan malam
Ku gerakkan jari diatas kursi yang catnya mulai mengelupas
Waktunya pulang
Pulang
Sudah di tunggu
Kuingatkan diri ini sendiri
Kata yang terucap bahkan sudah 30 menit yang lalu memohon untuk di kabulkan
Tapi disinilah aku, meratapi sebuah kehidupan yang konyol
Diam dihujat, bergerakpun diolok olok
Mati saja. Buat apa orang seperti kamu hidup.
Lalu saya memutuskan untuk mematikan jiwa ini
Saat kau bertanya saat ini
Kamu ini apa?
Maka jawabannya adalah saya adalah raga tanpa jiwa
-surabaya-