Kuda Pacuan
Kini aku tahu bahwa
Tidak pernah mudah menjadi seekor kuda pacuan.
Dimana menjadi nomer satu adalah sebuah prioritas yang selalu dipaksakan. Akan kubagikan sedikit cerita tentang awal dimana aku mulai sadar.
Saat itu matahari sedang terik-teriknya dan yang kulakukan siang ini adalah berjalan tanpa arah, kakiku rasanya mulai terbakar diatas tanah keras yang sudah bertahun-tahun ku jejaki. Sendirian tanpa beban. Jujur saja, aku sangat mencintai manusia. Mereka terlihat sangat keren. Setiap bulannya aku akan bertemu dengan teman-temanku, tentunya adalah saat-saat bahagiaku. Berlari bersama untuk saling mengejar. Diikuti sorak-sorak gembira para manusia. Aku bertanya-tanya di dalam hati.
Kenapa mereka sangat bahagia melihat kami saling mengejar? Apa memang manusia sebaik itu ya? Aku bersyukur telah mengenal manusia dalam hidupku.
Di sisi lain aku melihat banyak mata temanku yang kosong, menatap tanah keras seolah tiada akhir diujungnya.
Kenapa mereka tidak berbahagia?
Kurasakan hentakan-hetakan kasar pada tali kekang yang menciptakan rasa panas di kulitku. Aku terus berpikir apakah aku berlari terlalu kencang sampai tuanku tidak dapat mengendalikan tali itu. Dalam sepersekian detik aku berusaha untuk mengurangi kecepatanku. Berusaha membuatnya tetap nyaman, selagi berlari santai dengan kawan perjuangan.
Aduh, kenapa hentakannya makin kuat?
Kubiarkan teman-temanku menyusulku, tapi mengapa? Mengapa yang kulihat hanya raut ketakutan? Kenapa manusia dengan sengaja menyabet tubuh kami? Bukankah kita berteman?
Terdengar ringkik kesakitan yang ternyata saat kulihat tenyata temanku terjatuh. Aku tahu hal itu tidak terjadi dengan sendirinya. Manusia sengaja, mengarahkan kita untuk saling bertabrakan. Mengadu kami seolah kami adalah prajurit yang saling bermusuhan. Kenapa? Kenapa?
Tak terasa air mulai berkumpul di ujung mataku.
Tidak, tidak.... Aku harus kuat.
Pasti hal ini demi pertemanan kami dengan manusia.
Ya disanalah aku, sebuah garis akhir yang baru saja kulewati. Telingaku berdenging, aku benci teriakan. Namun semua orang berteriak, banyak raut wajah yang berbeda.
Senang
Sedih
Marah
Tak berekpresi
Manusia-manusia ini lucu sekali, setelah kuperhatikan lebih lama ternyata hanya satu hal yang dijadikan alasan munculnya beraneka macam raut tersebut. Tenyata hanya kertas kecil berwarna-warni dengan gambar dan juga angka di dalamnya. Lucu sekali, bisa-bisa berbahagia dan bersedih karena benda tersebut.
14/01/2021
📷 : republika