Merelakan Tanpa Melupakan
Tulisan yang dibuat karena aku sedikit terketuk membaca tulisan dari bung Fiersa Besari di hari ini.
Memaafkan diri sendiri dan memaafkan masa lalu. Semoga hari ini kita bisa. Bukan melupakan, tapi merelakan.
Hal yang sudah bertahun-tahun aku sendiri usahakan. Permasalahan yang sudah-sudah tak akan pernah lari dari ingatanku. Semua luka-luka yang terlanjur memborok. Bahkan lubang-lubang yang ditinggalkan tak pernah lagi terisi. Tangisan di tengah pagi, siang, dan malamku yang masih teringat jelas. Dari semua itu aku perlahan belajar memaafkan orang lain terlebih dahulu.
Faktanya memaafkan orang lain menjadi terlalu mudah bagiku karena aku sudah jarang berharap dengan orang lain. Siapapun itu. Memaafkan sebuah perkataan, perbuatan, atau luka-luka yang membekas. Namun dengan bodohnya saat semua itu terjadi, yang kulakukan malah menyalahkan diri sendiri. Aku yang selalu mencari kesalahanku sendiri, karena kupikir apapun yang terjadi di dunia ini adalah sebab akibat. Kalo orang jahat ke aku, berarti aku telah jahat ke orang lain. Jadinya ya seperti itu, menjadi terlalu siap disakiti orang lain.
- Saat orang terdekatku memilih bersama orang lain, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang bisa memberikan apa yang diinginkan.
- Saat orang terdekatku memilih untuk tidak lagi menghubungiku, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang memberikan waktu dan perhatian yang cukup.
- Saat orang terdekatku bertengkar, aku aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang bisa mencairkan suasana dan menyatukan.
- Saat orang terdekatku memilih untuk diam karena aku terlalu menutup diriku, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang banyak bercerita. Walau sebenarnya aku hanya takut menjadi beban dan pikiran bagi mereka.
- Saat orang terdekatku merasa bahwa aku adalah sebuah kegagalan, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang berusaha untuk belajar lebih keras. Walau faktanya terlalu banyak perasaan, waktu, dan kesenangan yang aku korbankan.
- Saat aku sakit dan merepotkan orang lain, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang menjaga diri dan berusaha untuk tetap sehat dan bugar.
- Saat aku menangisi diri ini, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa kurang bersyukur atas apa yang telah diberikan dan tidak cukup kuat.
- Saat aku ingin sekali bersandar pada orang lain, aku hanya menyalahkan diriku karena aku tidak bisa menghadapi diriku sendiri.
- Saat aku mulai hilang akal dan menyakiti diriku sendiri, aku hanya menyalahkan diriku karena merasa tidak baik-baik saja.
Dan banyak hal lainnya.
Aku mencintai orang lain, lalu memilih untuk sebisa mungkin tidak menyakiti mereka. Namun, aku malah menyakiti diriku sendiri. Memanusiakan manusia lain, tapi lupa untuk memanusiakan diri sendiri.